Petugas dari KPU Tulungagung saat mengoreksi entri data aplikasi hitung cepat di ruang Media Center kantor KPU Tulungagung (28/6)

Petugas dari KPU Tulungagung saat mengoreksi entri data aplikasi hitung cepat di ruang Media Center kantor KPU Tulungagung (28/6)

TULUNGAGUNG (kpu-tulungagungkab.go.id) – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tulungagung mengklaim tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018 di Tulungagung mengalami kenaikan. Hal tersebut diketahui dari hasil entri data aplikasi hitung cepat KPU Tulungagung.
“Kenaikan sebesar 5,75 persen. Yakni dari 68 persen pada pilkada 2013, menjadi 73,75 persen pada pilkada tahun ini,” kata Ketua KPU Suprihno, M.Pd.
Suprihno, M.Pd., mengatakan, walaupun tingkat partisipasi pemilih naik namum jumlah tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan target nasional sebesar Rp 77,5 persen.
“Dari target yang ditetapkan KPU RI, kita masih kurang sekitar 3,75 persen,” terangnya.
Suprihno, M.Pd., melanjutkan, meski data tersebut belum ditetapkan secara resmi, namun angka-angka tersebut berdasarkan hasil entri data di aplikasi hitung cepat KPU Tulungagung dari 1.840 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Menurutnya, data sudah masuk 100 persen sejak Kamis pagi.
“Jadi data tersebut merupakan real count, kalaupun ada perbedaan saat rekapitulasi sangat kecil,” ujarnya.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target tingkat partisipasi pemilih secara nasional pada pilkada kali ini lanjut Suprihno, M.Pd., pertama tingginya jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Tulungagung yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Menurutnya, berdasarkan hasil pencocokan dan penelitian (coklit) beberapa bulan silam, ada sekitar 30 ribu DPT.
“DPT di Tulungagung sebesar 844.818, artinya sebelum bertanding kita sudah kalah sekitar 3,5 persen,” ucapnya.
Kedua, banyak warga Tulungagung yang saat pencobosan berada di luar Tulungagung karena bekerja. Walaupun saat pemungutan suara ditetapkan libur nasional, ternyata mereka enggan kembali ke kampung asal untuk memilih.
“Bahkan ada beberapa tempat kerja swasta yang tidak libur,” imbuhnya.
Ketiga, banyak pemilih pemula yang sudah masuk perekaman namun mereka merasa tidak masuk DPT. Sehingga mereka tidak datang ke TPS.
Namun demikian lanjut Suprihno, pihaknya bersyukur karena tren tingkat partisipasi pemilih terus meningkat. Pada pilkada 2013 68 persen, pilpres 2014 73 persen, dan pilkada 2018 73,75 persen.
“Nah pada pilpres 2019 kita harus bisa mencapai target tersebut,” tukasnya.